Universitas Gadjah Mada( UGM) selaku salah satu almamater tertua di Indonesia. UGM berdiri 19 Desember 1949 bersamaan dengan setahun Agresi militer Belanda 19 Desember 1948, dengan rektor awal Profesor. dokter. Sardjito. Uniknya, UGM mempunyai warna jas almamater yang sedikit berbeda dengan yang lain.
Sangat susah mendeskripsikan warna Jas Almamater UGM. Warna jas almamater UGM semacam“ absurd” jika tidak ingin dibilang“ ora ceto”( bahasa Jawa=tidak jelas).
Kita dengan gampang berkata; misalnya kuning buat jas almamater UI, biru muda buat UM, ataupun yang yang lain. Coba sebutkan warna jas UGM? Bimbang bukan? Kuning tidak, hijau tidak, cream pula bukan. Lalu apa rupanya? Banyak sependapat tentang warna jas almamater UGM merupakan bercorak perjuangan.
Universitas Gajah Mada berdiri dikala agresi militer Belanda terjalin yang membuat kekacauan politik serta keamanan dalam negara. Apalagi Bunda Kota negeri Indonesia berpindah ke Yogyakarta.
Tidak hanya itu sebagian akademi besar semacam sekolah besar metode Bandung, sekolah medis Klaten, serta sekolah politik Surakarta pula pindah ke Yogyakarta. Sultan Hamengku Buwono IX kesimpulannya meminjamkan sebagian ruangan keraton supaya perkuliahan bisa berlangsung. Yang sangat menyedihkan, kandang kuda juga terpaksa dijadikan fakultas medis.
Dapat saja waktu itu, jas almamater UGM memakai model serta warna semacam jas bangsawan supaya nampak elite. Tetapi kanak- kanak kampus Bulaksumur( tadinya diketahui dengan cah Keraton) prihatin terhadap nasib bangsa Indonesia yang begitu menyedihkan, sampai- sampai karung goni digunakan selaku baju tiap hari. Kesimpulannya diseleksi jas simpel dengan warna mirip karung goni. Tidak hanya itu, pemilihan warna jas semacam warna seragam perjuangan tentara Indonesia waktu itu. Tidak eksklusif serta tidak berbeda.
Perjuangan serta kerakyatan merupakan arti yang tertuang dalam Jas Almamater UGM yang ialah kampus perjuangan. Meski warna jas nampak“ buthek” semacam karung goni serta tidak sejelas warna kuning, biru, merah, ataupun motif yang lain, tetapi orang yang menghina rupanya dapat langsung diam tidak berkutik bila ketahui arti serta filosofi pemilihan warna Jas AlmamaterUGM.
19 Desember 2020, Universitas Gadjah Mada( UGM) kembali memeringati hari lahirnya. Tiba umur 71 tahun ini nyatanya persoalan“ Apa warna jaket almamater UGM?” masih terdapat serta belum menemukan jawaban tentu.
Bisa jadi persoalan ini terdengar bodoh serta mengada- ada. Tetapi kala menelusuri sumber- sumber formal kepunyaan Universitas Gadjah Mada, nyatanya aku belum sanggup menciptakan jawaban serta kepastian apa nama warna jaket almamater, yang seumur kuliah paling tidak minimun dipakai dalam 3 peluang. Dikala upacara penerimaan mahasiswa baru yang dilanjutkan OPSPEK, kala upacara pelepasan Kuliah Kerja Nyata( KKN), serta kala upacara penutupan KKN.
Memanglah di wikipedia disebutkan jika jaket almamater UGM itu bercorak khaki muda. Bisa jadi buat pihak- pihak yang belum sempat mempunyai pengalaman seksual serta personal dengannya, bisa dengan gampang menerima uraian tersebut.
Tetapi untuk mereka yang sempat memegang, mengenakan, mempunyai kenangan tidak terlupakan bersama, serta tidak tidak sering memandang perbandingan warna yang samar antara satu angkatan dengan angkatan lain, tentu hendak berat–jika tidak ingin dibilang menolak– sepakat jika warna jaket legendaris tersebut merupakan khaki muda.
Saking penasarannya, aku apalagi mengunduh Brand Guidelines, Merchandise Guideline, serta panduan- panduan visual yang lain dari halaman Panduan Bukti diri Visual Univesitas Gadjah Mada dengan harapan memperoleh jawaban dari persoalan“ Apa warna jaket almamater UGM?” tersebut.
Tetapi nyatanya sumber- sumber tersebut tidak banyak membagikan uraian yang memuaskan.
Apalagi buat Brand Guidelines, bila kawan- kawan membutuhkannya, aku sarankan menyimaknya langsung lewat tautan di halaman yang aku beri ciri kotak merah di foto berikut ini, dibanding wajib mengunduh dokumennya lewat tautan yang ada, yang tadi aku telah share. Tidak yakin? Silakan bandingkan sendiri.
Memanglah di bagian Brand Guidelines terdapat panduan tentang Konsumsi Warna. Usut memiliki usut, nyatanya itu merupakan panduan warna buat logo Universitas Gadjah Mada saja. Sedangkan panduan buat warna jaket almamater, tidak ditemui di sana.
Uniknya, bila mendengarkan dokumen Merchandise Guideline nyatanya terdapat tampilan pelaksanaan logo di baju, tetapi uraian menimpa jaket almamater, tidak terdapat. Jika di mari sesungguhnya normal tidak terdapat data menimpa perihal tersebut.
Lha wong ini buat merchandise yang dapat diberikan serta diperoleh dengan relatif gampang je. Pasti saja nilainya sangat jauh berbeda bila dibanding dengan jaket almamater UGM, yang demi mendapatkannya, sebagian pemuda- pemudi brilian bisa jadi wajib merelakan jam rehat sepulang sekolah serta waktu bermain dengan kawannya. Buat setelah itu diganti dengan terletak di ruang kelas Sony Sugema College demi kian menajamkan keahlian.
Memandang sebetulnya arti serta nilainya yang tidak dapat ditatap sebelah mata, jadi agak mengherankan bila sampai saat ini orang( ataupun paling tidak aku sendiri) masih kesukaran mencari jawaban seputar rupanya.
Sebagian tahun silam sempat sih terdapat yang membagikan pencerahan jika warna jaket almamater UGM semacam itu sebab termotivasi karung goni.
Iya bener, karung goni alias rami alias yute yang biasa digunakan buat bawa serta menaruh beras dalam jumlah besar itu.
Jaman dulu kala masa penjajahan Jepang, saking sulit serta beratnya kehidupan, sampai- sampai mayoritas rakyat tidak sanggup buat membeli baju yang layak. Selaku gantinya serta demi senantiasa tertutupnya aurot, digunakanlah bahan dari karung goni selaku ubah kain penutup tubuh.
Saking populernya goni alias rami selaku busana rakyat di masa Jepang itu, kata sebagian orang tetua, sampai- sampai metode berhitung a la Jepang dijadikan parikan yang menggambarkan keadaan masa itu.“ Ichi ni san shi, kathok goni kolor rami.“
Oh iya, kain goni- nya bukan goni yang bersih serta steril semacam jaman saat ini ya. Di masa itu sangat universal pula bila kain goni berkutu. Sehingga ungkapan ngingu tuma kathok alias“ memelihara kutu celana” di masa itu merupakan perihal yang normal.
Kembali ke warna jaket almamater, konon warna tersebut diseleksi buat melambangkan perjuangan rakyat Indonesia. Ini sejalan dengan semangat UGM selaku kampus perjuangan serta kampus kerakyatan.
Tetapi cerita jika warna jaket almamater Universitas Gadjah Mada ini diambil dari warna karung goni tidak dan merta menanggapi persoalan yang jadi judul tulisan ini. Referensi artikel wikipedia, dll
Selamat datang kembali, silahkan login ke akun Anda.
Belum menjadi member? Daftar